Welcome

Welcome

Minggu, 26 Juli 2015

Kisah singkat tentang cinta pertama

Ketika Saskia tengah duduk di sebuah kursi rotan yang diletakkan di teras rumahnya, dia melihat sesosok punggung cowok tinggi tengah bermain bulu tangkis di halaman rumahnya bersama dengan abangnya, Reza. Dahi Saskia berkerut heran, teman abangnya kah cowok itu? Rasanya dia tidak terlalu mengenalnya, meski hanya terlihat punggungnya biasanya dia bisa langsung mengenali teman abangnya yang sering datang ke rumah.
Sebuah kok jatuh tak jauh dari tempatnya duduk, cowok berpostur kurus itu lalu berbalik untuk mengambilnya, dalam hati Saskia berdoa, berharap cowok itu menoleh kearahnya. Dan hanya selang beberapa detik, usai cowok itu mengambil koknya, dia lalu menoleh, bukan hanya sekedar menoleh tapi menatap lalu dia menyunggingkan seulas senyum menawan. Saskia terhenyak, karena terlalu terpesona pada senyumnya, dia sampai lupa bagaimana cara menyetel senyum manis di bibirnya, Saskia hanya mampu membalas dengan senyum kaku. Si cakep lalu kembali pada permainannya.
Saskia memegangi dadanya sendiri, kenapa dentuman jantungnya terasa begitu kencang? Nafasnya pun terasa sesak, apa ada yang telah menyumbat paru-parunya? Dia pun merasa pipinya panas, rasanya seperti baru saja direbus dalam dandang besar, pasti warnanya pun sudah memerah. Saskia sama sekali tidak memahami, ada apa dengan dirinya? Mengapa dia jadi salah tingkah seperti ini.
Saskia lalu beranjak dari tempat duduknya kemudian dia berlari ke kamarnya yang berada di lantai atas. Dengan cepat dia berlari lalu masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu kamar rapat-rapat, disandarkannya punggungnya di balik pintu kamar, Saskia tersenyum sendiri saat kembali terbayang olehnya pesona senyum cowok tadi yang begitu rupawan.
Ingin sekali tadi dia menyapa lalu mengajak berkenalan, tapi Saskia sama sekali tidak berani. Bagaimana dia bisa menyapa lalu mengulurkan tangan dan mengajak berkenalan, kalau dia sendiri sama sekali tidak bisa menenangkan jantungnya yang hingga kini masih berdetak tidak karuan.
Dipandangnya telapak tangannya yang masih menyisakan gemetaran, dia lalu melompat ke atas tempat tidur. Memeluk gulingnya erat-erat kemudian membenamkan wajahnya ke guling dan berteriak sekuatnya.
Inikah yang namanya cinta pertama? Rasanya begitu indah, seperti tengah menikmati keindahan taman bunga, menyebarkan harum ke seluruh penjuru dunia dengan hamparan rumput hijau yang menyejukkan. Keindahannya selalu membuat wajah ingin tersenyum.
                                                                                    ***
“Sasi! Dipanggil Mama!” Reza berteriak dari ujung tangga.
Mendengar panggilan abangnya, sontak Saskia melompat dari tempat tidur. Dirapikannya rambut panjangnya yang tergerai menutupi punggung dengan sisir, agar tampak manis dia menyematkan sebuah jepit. Karena yakin teman Reza masih ada dibawah, Saskia tidak ingin wajahnya terlihat tampak pucat, dia lalu memupuri wajahnya dengan bedak dan memoles bibirnya dengan lip gloss. Setelah rapi dia lalu turun.
Dengan langkah riang Saskia menuruni anak tangga, tapi sejenak kemudian dia tertegun melihat Hamzah bolak-balik didalam rumahnya. Lalu dengan tidak sopannya dia duduk di sofa ruang tengah bersila lalu dia menonton televisi.
Tidak sopan sekali cowok ini? Saskia mendumal kesal. Tampang sih boleh ganteng tapi sikapnya di rumah orang kok kurang ajar!
“Hamzah, dicoba tuh kuenya, buatan Sasi loh.” Mama mempromosikan.
“Oh, iya tante, wah enak nih.”
“Ma, siapa sih dia, kok dusun* banget.”
“Loh, masa Sasi nggak kenal sama A Hamzah, kakaknya Vivi, anak sulung Bi Hani.”
Mata Saskia membalalak dengan mulut menganga. Dia sama sekali nggak kenal dengan abangnya Vivi yang sekarang sedang bersekolah di Serang itu. Saskia kecewa berat, kiranya dia teman Reza. Tapi meski begitu Saskia tetap menikmati keindahan pesona Hamzah dan getaran ketika dia tengah jatuh cinta meski hanya sekejap saja.
(Cerita ini sekilas kisah pertama kali aku merasa berdebar-debar saat bertemu cowok yang ternyata sepupuku sendiri dan hanya Tuhan yang tahu siapa sepupuku itu)




* Dusun = gak sopan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar