Welcome

Welcome

Minggu, 05 Juli 2015

Krisis Kepercayaan diri Taemin (fanfiction)

Taemin melirik tiga dara cantik yang berjalan dari arah berlawanan sambil berbisik-bisik kemudian sesekali mereka melirik ke arahnya. Refleks Taemin melepaskan pegangan tangannya dari sang kekasih, Min Ho, dia tahu apa yang sedang diperhatikan tiga gadis itu juga apa yang sedang mereka bisik-bisikkan. Pandangan jijik sekaligus mengejek seolah Taemin merupakan makhluk luar angkasa menyebalkan yang bisa mengaduk-aduk perut mereka lantas menumpahkan isinya.
Pacaran dengan Minho memang salah, seharusnya dari awal dia menyadari hal itu. Tetapi Minho yang begitu giat mendekatinya, yang meski telah ditolak berkali-kali tapi tetap tak perduli, sang pejuang cinta sejati telah meluluhkan hati Taemin. Dengan segenap cinta yang dia miliki untuk Minho, Taemin pun menerima cinta sang kekasih.
Tapi beginilah sekarang mereka, dipandang aneh jika sedang bergandengan tangan. Menjijikan. Mungkin itu yang ada dalam pikiran semua orang. Tidak pantas. Tidak layak dan mereka pasti mencibir.
Tapi lain hal dengan Minho, saat dia menyadari kekasihnya melepaskan tangannya, Minho malah menarik kembali tangan kekasihnya agar tetap menggandeng lengannya, malah dia tidak segera melepaskan sebelah tangannya yang lain dari tangan Taemin sehingga dia tidak bisa melepaskan lengan Minho.
Sejenak Taemin memandang ke arah Minho meminta pria itu untuk melepaskannya tapi Minho hanya tersenyum lembut kepadanya, seolah senyum itu mengatakan “Biarkan saja orang berfikir apa tentang kita, Sayang, aku tetap mencintaimu.” Seketika wajah Taemin bersemu merah ketika memerhatikan senyum Minho yang selalu mampu membuat perempuan manapun jadi pingsan.
                                                                        ***
“Taemin, kamu kenapa pagi-pagi sudah cemberut begitu?” Amber yang menyadari sikap Taemin yang tidak biasa itu lalu menghampiri.
Wajahnya tampak lesu, berkali-kali dia menarik nafas gelisah padahal matahari saja masih jauh dari atas kepala tapi Taemin seperti baru saja menghadapi Ujian Akhir Semester yang membuatnya tak yakin dengan nilai-nilai yang dia peroleh.
“Amber, menurut kamu aku ini pantes nggak sih pacaran sama Minho?”
Amber menaikkan alisnya lalu dengan diplomatis dia menjawab, “nggak.” Taemin pun terkesiap. Jadi Amber juga berpendapat dia tidak pantas pacaran dengan Minho? “Kamu pantesnya pacaran sama Suli.” Amber terkikik.
“Amber, nggak lucu tahu!” tukas Taemin kesal.
“Apa ini yang nggak lucu? Tadi kudengar kamu sebut-sebut namaku, Amber.” Si cantik Suli menghampiri mereka. Taemin lalu tersenyum ke arah Suli. 
Suli memang luar biasa cantik. Rambutnya panjang dan indah. Tubuhnya meliuk-liuk seperti jalan pedesaan dan kulitnya benar-benar halus. Dia benar-benar feminin, membuatmu jadi merasa ingin memasukkannya dalam toples agar dia tidak terbang.
Taemin lalu menyeringai, mungkin Amber benar, seharusnya dia pacaran dengan Suli dan bukannya dengan Minho, jadi orang-orang tidak akan menganggap mereka aneh.
“See… kamu emang pantesnya pacaran sama Suli dari pada Minho.” Amber mendorong Suli agar berdiri lebih dekat dengan Taemin, kemudian membelalak saat melihat mereka tampak serasi satu sama lain. “Like Prince and Princess.”
“Amber, berhentilah mengolok-olok Taemin seperti itu.” Suli menengahi. “Siapa bilang kamu nggak pantes pacaran sama Minho, mereka itu cuma iri saja,” ujarnya seraya membelai wajah Taemin. “Kamu cantik, Taemin.”
“Cantik dari mana? Dia kan tampan, jangan suka menghibur orang dengan mengatakan kebalikannya, Suli.”
“Amber!” bentak Suli. Padahal dia sedang berusaha membesarkan hati Taemin untuk mengembalikan rasa percaya dirinya, tapi Amber malah mengacau.
Amber hanya terkikik lalu segera kabur sebelum tas Suli menghantam badannya.
“Yang harus kamu lakukan bukan menolak Minho dan menghindarinya, tapi mengubah isi kepala kamu yang jelas-jelas salah ini,” terang Suli lembut seraya menyentuh pelipis Taemin dengan jarinya. “Aku pasti akan membantu kamu.”
Taemin memaksakan sebuah senyum.
Selain cantik, Suli memang baik hati. Semua orang tahu itu. Jika diperlakukan lembut terus seperti ini oleh Suli, bisa-bisa Taemin jatuh cinta juga padanya.
                                                                                    ***
Taemin berdiri dengan perasaan rikuh. Berkali-kali dia menggerak-gerakkan bahunya. Merasa tak pantas memakai pakaian berbahan linen yang dipilihkan Suli untuk dikenakannya di kencannya dengan Minho sore ini. Sesekali dia juga membelai-belai bagian depan rambut dengan potongan pendeknya yang kini terasa lembut di jemarinya. 
“Sudah, jangan salah tingkah terus seperti itu,” gumam Suli. “Aku yakin Minho akan terpesona kali ini.”
“Tapi ini salah, Suli.” Taemin menggigit bibirnya.
Hanya agar orang lain tidak melihat mereka sebagai pasangan yang aneh, Suli menyarankan agar dia memakai pakaian perempuan. Taemin tentu saja menolak mentah-mentah awalnya. Dia harus memakai pakaian perempuan, jelas itu tidak mungkin! Tapi Suli bersikeras sampai mereka sempat berdebat di toko baju.
Suli lalu memilihkan blouse linen warna putih yang dipadankan dengan rok ketat warna turquoise  berbahan sama. Bukan hanya itu saja Suli juga memakaikan jepit rambut kecil untuk menahan poninya agar tidak mengenai dahi, setelah Suli berhasil membujuknya melakukan masker rambut di sebuah salon terkenal. Suli juga memilihkan sepatu cantik berhak tinggi dengan warna yang senada roknya.
Taemin sendiri merasa sempat asing pada dirinya ketika dia memandangi cermin untuk pertama kali. Sosok yang ada dibalik cermin tampak sangat berbeda dari dirinya yang sesungguhnya, cantik, mirip sekali perempuan. Tapi dibalik rasa terperangahnya dengan penampilannya yang berbeda kini, hati Taemin menyimpan sejuta kegelisahan.
“Minho pasti tidak suka. Minho pasti tidak suka.” Itu terus yang digumamkan Taemin sejak dia keluar dari salon. Dia gelisah bukan main.
Melihat kegelisahan luar biasa yang tampak di wajah Taemin, Suli merangkul Taemin dengan lembut sambil terus menenangkannya.
“Taemin?” suara jantan dan maskulin yang amat, sangat dikenal Taemin menyapanya. Sontak Taemin menegang saat melihat Minho berdiri dengan radius satu meter didepannya. Mata Minho membelalak dan mulutnya menganga saat melihat Taemin membuat Taemin semakin serba salah.
Katakan sesuatu, bisik hati Taemin resah.
Dengan masih diselimuti keterkejutan di matanya, Minho mendekat. Dia lalu mengangkat dagu Taemin dengan jarinya agar bisa menatap mata Taemin. Minho benar-benar terpesona melihat Taemin yang dibungkus lembut oleh blouse linen. Raut wajahnya yang halus, bagai peri, bibirnya yang lembut berwarna pink mengundang sebuah ciuman.
Mata Taemin yang kelopaknya telah diberi warna-warna lembut, membelalak, seakan dia sedang menghadapi sesuatu yang dia takuti.
Taemin luar biasa cantik, putus Minho.
 “Cantik,” bisik Minho.
Terperangkap tatapan Minho, wajah Teamin merona. “Jangan mengejekku, aku tidak pernah pantas memakai pakaian seperti ini.”
Dahi Minho mengerut dan matanya menegas. Dia sedang memuji tapi kenapa Taemin mengatakan sebaliknya. “Kamu cantik memakai setelan ini, Taemin, karena kamu perempuan, aku selalu ingin melihatmu memakai pakaian seperti ini tapi kamu memaksa dirimu berpakaian laki-laki, memotong rambutmu sangat pendek dan memakai sepatu kets.”
“Karena aku merasa percaya diri jika memakai pakaian seperti itu.” Taemin membela diri.
Taemin memang memiliki krisis kepercayaan diri tingkat lanjut, stadium 4, yang sudah menjangkit bukan hanya pikiran, hati tetapi seluruh tubuhnya, gara-gara dia memiliki tubuh tinggi dan sedikit macho untuk ukuran perempuan meski memiliki wajah yang sangat cantik. Karena itu Taemin selalu berpenampilan layaknya laki-laki hingga dia mengikuti ekstra kurikuler karate sejak SMP.
Tapi seperti apapun Taemin sesungguhnya Minho tetap menyukainya. Tak perduli dia berpenampilan laki-laki ataupun perempuan. Tak perduli meski orang-orang menganggap mereka gay bila sedang jalan bersama.
“Inilah Taemin yang memiliki krisis percaya diri tingkat lanjut, tapi seperti apapun penampilanmu, aku tetap mencintaimu.”
Wajah Taemin merona. Dia terpesona dengan kata-kata Minho. Bukan hanya pada kata-katanya tapi dia terpesona pada Minho sendiri. Pada ketampanan wajahnya. Pada kemaskulinas yang terkuar dari dirinya.

“Aku juga mencintaimu, Minho.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar